Potensi Ruhaniah Manusia
Oleh: M. Quraish Shihab
Tidak sedikit orang yang enggan mendengar, apalagi
mempercayai, suatu peristiwa luar biasa atau suprarasional. Namun demikian,
orang beriman sulit menolak peristiwa yang diberitakan oleh agamanya walaupun tidak
sejalan dengan hukum alam. Bagaimana Nabi Isa a.s. lahir tanpa ayah, banyak
yang tidak mengerti. Siti Maryam, sang Ibu Suci, pun bingung sehingga Allah
melarangnya berbicara dan menugaskan bayinya untuk memberikan penjelasan
(lihat. QS. Maryam: 26).
Kini, ada yang berkata bahwa peristiwa itu adalah perbuatan
Tuhan yang kuasa membatalkan hukum alam, dan ada pula yang mengakuinya bahwa
kejadian-kejadian semacam itu berada dalam batas hukum alam yang belum
terungkap.
Alexis Carrel, peraih Nobel dalam bidang kedokteran, dalam
bukunya, “Man the Unknown,” menulis tentang daya (potensi) manusia.
Telepati, yakni daya untuk menyampaikan atau menangkap sesuatu kepada, atau
dari, orang lain dari jarak jauh dan tanpa alat, dikenal dalam literature
keagamaan serta dibuktikan oleh ilmuwan, walaupun diduga oleh sebagian orang
hal itu berada di luar hukum alam. Menurut Carrel, hal itu dapat terjadi setiap
tempat dan waktu, walaupun banyak ilmuwan meragukannya. Itu wajar, karena
telepati jarang terjadi dan lebih-lebih lagi kadang telepati berada di celah
tumpukan berbagai tumpukan berbagai kisah khayalan yang diciptakan oleh
manusia.
“Ada aktivitas keagamaan” tulis Carrel, “yang dapat mengubah
fungsi tubuh dan kelenjar-kelenjar. Kita dapat menyakiskan dalam berbagai situasi,
antara lain, dalam shalat. Shalat adalah konsentrasi penuh menembus alam ini
menuju totalitas wujud yang tidak terbatas. Ini bukan bidang nalar. Para filsuf
dan ilmuwan pun sukar memahaminya. Hanya orang-orang yang jauh dari rayuan
gemerlap dunia yang mudah merasakannya, semudah merasakan kehangatan mentari
atau kasih sayang seorang teman. Shalat yang demikian akan melahirkan mukjizat.
Di semua tempat dan waktu ada yang mengalami, melihat, dan mendengar adanya
orang-orang yang pulih kesehatannya di tempat ibadah atau ketika berkunjung ke
tempat suci. Sayang, keperkakasan sains sejak abad ke-19 telah menjadikannya
terlupakan. Ada manusia yang mampu menyelami rahasia pikiran orang lain,
merasakan peristiwa masa silam, bahkan melihat dari jarak dan masa yang sangat
jauh, kemudian melukiskannya dengan terperinci. Ini memang jarang terjadi,
tetapi pernah terjadi. Potensi ini ada pada banyak manusia, tapi tidak semua
mampu mengembangkannya.”
Konon, ketika Sy. Umar r.a. berkhutbah di Madinah, dan
tiba-tiba berteriak, “Ya Sariyah, al-Jabal” (Sariyah, naiklah ke
gunung!). Sebab dilihatnya pasukan Sariyah yang ketika itu berada di Syria,
sedang terkepung. Teriakan Sy. Umar didengar oleh pasukan Sariyah sehingga
mereka bisa selamat. Semua agama memperkenalkan hal-hal suprarasional, tetapi
tidak sedikit penganut agama yang memperluas wilayahnya, sehingga yang
irrasional pun ikut mereka suburkan. Ini, antara lain, yang melahirkan
penolakan segala informasi, kecuali yang rasional.
Apa yang saya maksudkan di sini bukan berarti saya berupaya
menyuburkan hal-hal yang irrasional dan khurafat yang masih terdengar
dalam khutbah dan ceramah kegamaan. Yang saya maksudkan tidak lain kecuali
kecuali menundukkan persoalan bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang
suprarasional dan ada pula potensi yang belum dikembangkan. Karena memang,
manusia, seperti judul buku peraih 1912 itu, “Mahluk yang Belum Dikenal.”
Dan yang paling tidak dikenal dan tidak dikembangkan adalah potensi
ruhaniahnya.