Jembatan Bunga Api
Puisi A. Musawir[1]
Jembatan Bunga Api
Aku sapa kalian dengan kata "sabar, tapi terjang!”
Menembus janji, basah keringat mimpi;
Lalu lintas berdzikirku, berpikirku
Maka aku telah datang
Berpapasan denganmu
Kita saling bergerak, membaca
Aroma tubuh dan sekitar
Dalam diam kita saling menatap
Antara memeluk dan melepas
Seperti mengheningkan cipta
Pada diri kita sendiri dan dunia
Di tengah jembatan di atas benua
Kita membelah diri
Memasuki ruang-ruang semesta;
Bekas di tanah, bercak di air
Dalam sadar kita berpangku
Tiada beranjak dari titian
Memaknai, apa arti bunuh diri
Apa arti membebaskan diri
Salam kepulangan dan kepergian
Seperti mengadu kepada jembatan
Yang terbakar di antara ribuan bangkai pedang
Kita belum lama berdiri
Mengamati petilasan sejarah
Korban sesiapa yang kesepian
Bak penasaran yang telah membawa kita ke sini
Adakah burung-burung
Mendengar kita dari atas sana
Seperti hendak menyelamatkan kita dari sini
Adakah ikan-ikan
Akan berlompatan dari bawah sana
Lalu datang menggendong kita
Terjun mengarungi lautan
Atau mereka telah berpaling dari pandangan
Dan mencari keselamatannya sendiri-sendiri
Atau memang keselamatan
Tak pernah lari
Dari satu titian ke titian yang lain
Kita kenang seribu goresan
Seperti kayu yang jatuh
Di kedalaman limbah bahasa
Dalam karat waktu yang mengandung tajam
Serentak kita berbisik:
"Jalan ini sungguh tipis dan sangsai"
Maka aku
Maka massa
Bunga api persemburan!
Jogja, 2016
[1] lahir
pada tanggal 07 Mei 1989 di kampung Tampaksari, Pamekasan, Madura. Minat
belajar sastra sejak usianya memasuki angka ke 27, 26 tahun lupa diri. Pernah
tinggal di Kota Malang selama 8 tahun hingga akhirnya lulus kuliah. Sempat
nimbrung di Komunitas Sastra Lembah Ibarat di Kota yang sama, Malang (2013) dan
di Jogja selama 5 bulan (2016), 2 bulan di antaranya sebagai penjual Es Tebu.
Bisa dijumpai lewat email: sabdamusa.art@gmail.com, telp. 082242638982 atau via
WA: 081935198945.