MENDIDIK ANAK-ANAK MILENIAL
Oleh: Ach Dhofir
Zuhry
Penyair Lebanon yang menghabiskan
nyaris seluruh hidupnya di Amerika, Jibran Khalil Jubran alias Kahlil Gibran
(1883-1931) pernah mengingatkan para orang tua dengan ucapan, "Anakmu
bukan anakmu, mereka adalah anak-anak kehidupan!"
Diktum ini seolah menampar setiap
orang tua yang memaksakan kehendak pada anak-anaknya. Yakni, jenis orang tua
yang menginginkan dan mengharuskan anak-anak mereka menjadi seperti mereka.
Sehingga, mereka mengawasi dan terus membatasi kreasi anak, melarang dan bahkan
mengebiri cita-cita sang anak sedemikian protektif dengan alibi kampungan bahwa
anak adalah penerus cita-cita orang tua.
Orang tua macam itu lupa bahwa
setiap anak dilahirkan istimewa dan luar biasa. Setiap anak memiliki jagad
nilai dan akan memilih jalan hidup sendiri-sendiri. Zaman mereka berbeda dengan
para orang tua, begitu pula pandangan jagad (weltanschauung) meraka. Maka,
biarlah anak-anak memilih cakrawala meraka sendiri, sebab tugas orang tua hanya
menemani mereka hingga tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan memilki pekerti
mulia.
Selebihnya, orang tua harus
belajar merelakan hidup yang akan ditempuh oleh anak-anak mereka. Hidup
anak-anak adalah tentang diri mereka sendiri, bukan tentang orang tua, bukan
pula tentang orang lain. Nah, memberi kesempatan pada anak-anak untuk menjadi
diri mereka sendiri adalah merelakan kita menjadi orang tua yang
bijaksana.
Dengan begitu, anak-anak akan
belajar mendialogkan ilmu dengan kehidupan, mempertautkan wacana dengan pergerakan
dalam silaturahmi bayani-burhani-irfani dengan masa depan. Masa depan tak bisa
diraih sekarang, masa lalu tak harus berulang, setiap masa memancarkan cerlang
sinarnya sendiri, setiap anak harus dididik untuk memperjuangkan cahayanya
sendiri. Jangan menyeberangi jembatan sebelum Anda tiba di sana, agar tidak
perlu repot-repot menangisi susu yang telah tumpah! Buatlah yang baru, lalu
terus bergerak, sebab jembatan selalu menunggu!
Memang penting menyampaikan
hal-ihwal sejarah orang tua dan para pendahulu kepada anak-anak, agar meraka
mampu menjadi bukan hanya pembaca sejarah (qari' at-tarikh) , tetapi pencetus
sejarah (shani' at-tarikh) untuk membangkitkan para leluhur dari pusaran energi
semesta.
Penting bagi setiap anak agar
menemukan dan menjumpai dirinya sendiri. Caranya? Hamparkan jalan agar setiap
anak mengadakan perjumpaan dengan para pejuang ilmu dan kemanusiaan, bukan
sekadar bertemu tapi berjumpa. Perjumpaan adalah perjamuan "mind and
soul" yang menggetarkan arasy dan mengguncang keheningan para pertapa di
nirwana. Caranya? Dengan menyilaturrahmikan gagasan-gagasan melalui
pembelajaran yang membebaskan dan tidak mengekang serta mengungkung. Dengan
sendirinya, anak-anak akan bergabung dengan pusaran energi semesta dalam diri
mereka sendiri.
Jangan lupa, mendidik anak-anak
(murid, santri, dan mahasiswa) tidak harus memindahkan "kepala" Anda
ke "kepala" meraka, tetapi dengan mencangkokkan "hati" Anda
ke dalam dada meraka. Agar kelak, anak-anak itu membawa hati Anda kemanapun
mereka pergi. Energi dalam dada anak-anak adalah energi yg bisa diperbaharui
(renewable) dengan terus menanamkan pekerti yang luhur, bahkan sebelum mereka
lahir.
Dengan prinsip ini, apa untungnya
bagi anak-anak, khususnya generasi milenial? Mereka yang memang sulit diatur
sebenarnya bukan tidak mau dididik, meraka yang nakal bukan enggan menjadi
baik, tapi kerap kali orang tua lupa bahwa anak-anak mereka adalah putera
zaman, anak sang waktu dan kehidupan.
Mestinya setiap orang menjadi
penghebat, penyemangat, pendamai, penyuluh, pecinta dan bahkan pelita bagi
dirinya sendiri. Apa sebab? Kegelapan tidak pernah ada, kecuali bagi mereka
yang enggan dan malas menggapai cahaya. Kebencian itu tak pernah ada, benci
adalah nama lain bagi cinta yang diciderai dan disakiti. Begitu pula najis, ia
tidak pernah ada. Najis dan kotor ada karena manusia enggan menjaga kesucian
dan kebersihan.
Mari sejenak bergembira seperti
anak-anak, agar setelahnya, kita tidak lagi kekanak-kanakan dan cengeng
menjalani hidup. Cinta-sayangilah anak-anak Anda dengan sederhana, agar kelak
mereka memuliakan Anda dengan istimewa!
#blessedfriday