Filsafat Hijrah
Saat Rasulullah Saw. memerintahkan kaum muslimin hijrah
dari Makkah menuju Madinah, adalah Abu Bakar Ra., orang yang begitu bahagia
karena secara pribadi diajak Rasul menemani beliau hijrah secara
sembunyi-sembunyi.
Dan seketika itu Abu Bakar membeli dua ekor unta
dan menyerahkannya kepada Rasul untuk memilih unta mana yang hendak dikendarai
beliau. Terjadilah dialog berikut:
“Aku tidak akan mengendarai untuk yang bukan milikku”
“Unta ini kuserahkan untukmu, Ya Rasul”
“Baiklah, tapi aku akan membayarnya”
“Unta ini kuserahkan untukmu, Ya Rasul”
“Baiklah, tapi aku akan membayarnya”
Akhirnya dengan berat hati Abu Bakar pun setuju
untuk ‘menjual’ salah satu untanya kepada Rasul.
***
Dari kisah di atas, kita tentu bisa mengernyitkan
dahi sembari mengajukan tanya, “mengapa Nabi Saw. bersikeras untuk membelinya?”
“bukankah sebelumnya beliau pernah menerima pemberian Abu Bakar?”
Namun demikian, terdapat hikmah agung yang hendak
diajarkan Rasul dalam peristiwa di atas. Beliau ingin menunjukkan bahwa hijrah,
yang secara harfiah diartikan “pindah,” dari tempat atau kondisi apapun untuk menuju
keadaan yang lebih baik harus dilakukan dengan curahan tenaga, pikiran, jiwa
dan raga semaksimal mungkin.
Sederhanya,