Serasa Fana' Ternyata Kram
Seorang penjahat hendak bertobat dan memulai upaya hidup asketik, jauh dari dunia, dengan memilih meninggalkan segalanya dan bertapa di dalam gua berteman dengan kezuhudannya. Keheningan, pencerahan dan pencapaian spiritual lainnya adalah sesuatu yang didambakan oleh si penjahat isyaf.
Pada hari yang telah ditentukan, ia pun berangkat menuju TKP tanpa memberitahu siapapun. Sesaat setelah sampai ia mulai duduk bersila di atas batu, sembari memejamkan mata dengan sedikit mantra yang terus menerus mengalir tak begitu nyaring dari mulutnya.
Satu jam, dua jam, tiga jam, ia pun mulai dirasuki oleh perasaan hening, tentram, tenang dan bahkan ia merasa kakinya sudah tak lagi menyentuh batu tempatnya berpijak.
“Sepertinya tak hanya jiwaku, bahkan tubuhku pun sudah benar-benar terbang menuju yang Mahailahi” gumamnya dalam hati.
Akhirnya, ia putuskan untuk membuka kedua matanya secara perlahan. Seketika itu ia tersentak karena diserang oleh rasa kagetnya sendiri. sebab, terbang dan perasaan sampai kepada Sang Ilahi hanyalah efek dari kakinya yang mulai KRAM dan KESEMUTAN.
“Banyak orang yang merasa sampai, padahal baru memulai. Ada juga yang merasa sudah memuai, padahal ia belum melakukan apa-apa”.
(Rawaahu: Bung Faiz Al Makky)