"Sebuah Konsorsium Para Filsuf Amatir"

Sabtu, 06 Januari 2018

4 istri


Seorang pria yang sukses hidupnya, memiliki empat orang istri. Ketika ajalnya menjelang tiba, dia memanggil istri keempatnya ke sisi ranjangnya, istri yang paling muda dan baru saja ia nikahi.
“Jelitaku,” kata si pria, terpikat oleh sosoknya yang legendaris, “dalam satu atau dua hari lagi aku akan meninggal dunia. Setelah kematian aku pasti merasa sangat kesepian tanpa dirimu. Maukah engkau ikut bersamaku?”

“Tidak mau!” jawab sang istri jelita itu. “Aku akan tetap di sini. Aku akan berdoa saat pemakamanmu, tapi tidak lebih dari itu.” Dan dia bergegas keluar dari kamar suaminya.
Penolakan istrinya itu laksana tikaman di hati si pria. Dia telah mencurahkan perhatian begitu banyak untuknya. Ia begitu bangga terhadapnya sehingga ia selalu memilih sang istri untuk menghadiri berbagai acara penting. Tapi kenyataannya, istrinya tak memiliki cinta sebesar dirinya—sayang sekali!
Tapi tetap saja, masih ada tiga isri yang ia miliki. Ia pun memanggil istri ketiga, seorang yang ia nikahi ketika ia masih separuh baya. Seorang perempuan yang sangat setia. Si pria pun memberi pertanyaan serupa untuknya.
“Tidak. Sama sekali tidak!” jawab sang istri, “aku akan mengadakan upacara pemakaman yang mewah. Tapi untuk ikut bersamamu, aku pikir itu adalah ide yang tidak menarik.”
Sontak jawaban tersebut membuat si pria kecewa. Ia pun memanggil istri keduanya, wanita yang lebih lama menemaninya menjalani usia yang dalam beberapa hari kedepan tak akan sanggup ia hirup. Masih bertanya dengan pertanyaan yang sama, “Apakah kau mau menemaniku saat aku mati nanti?”
“Maafkan aku,” wanita itu memulai jawabannya, “aku akan menemanimu sampai di sisi liang kubur, tetapi tidak lebih dari itu. Sebab aku harus mengurus anak-anak kita, agar mereka bisa meneruskan langkah kesuksesanmu.”
Hati si lelaki itupun remuk karena dihujani oleh penolakan yang dirasa tak pantas ia dapatkan. Dia memanggil istri pertama yang agaknya lebih lama ia kenali dibanding ketiga istri lainya. Si pria telah mengabaikannya selama beberapa tahun terakhir, terutama setelah ia bertemu dengan ketiga istri barunya. Dengan sedikit malu dan tidak enak hati, si pria menanyakan pertanyaan serupa, “apakah engkau mau menemaniku?” dengan nada memohon.
“Tentu saja aku akan pergi bersamamu,” jawabnya dengan yakin. “Aku akan selalu bersamamu dari satu kehidupan menuju kehidupan lainnya.”
***

Para pembaca yang baik, ketahuilah, bahwa cerita di atas hanyalah sebuah simbol: istri keempat adalah kemasyhuran, istri ketiga ialah harta kekayaan, istri kedua sebagai keluarga dan istri pertama adalah karma (amal-perbuatan).

Jika dibutuhkan, mari baca kembali cerita di atas dengan melihat simbol-simbol yang telah disebutkan dan silahkan cari, “istri” manakah yang paling berharga dan layak dipertahankan? Manakah yang akan setia bersama Anda, bahkan ketika usia sudah bercerai dengan tubuh yang Anda miliki?

Popular Posts

Blogroll

Blogger templates

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.

Cari Blog Ini

Find Us On Facebook

Featured Video

Featured Video

About

   
WhatsApp Dp

Pages - Menu

Popular Posts