IKAN BUKAN IKAN
Untuk menemukan, Anda harus mencari. Untuk mencari, Anda perlu merentangkan tidak hanya pandangan, tapi juga pikiran. Banyak orang pergi memancing seumur hidupnya tanpa menyadari bahwa bukan ikan yang ia cari, melainkan kepuasan. Padahal, Anda tahu bahwa kepuasan tidak memiliki batas dan garis finish yang jelas.
Jika demikian, tentukan "batas" kepuasan Anda, pastikan target kebahagiaan Anda. Semakin sederhana keinginan Anda, semakin cepat pula Anda meraih bahagia dan tidak merepotkan banyak pihak, termasuk juga menyulitkan Negara.
Seandainya yang Anda cari adalah ikan, tak perlu repot-repot memancing seharian, apalagi sampai ke sungai-sungai di luar negeri, ke hutan belantara dan bahkan rawa-rawa. Baiklah, misalnya, Anda menginginkan ikan dan pada saat yang sama, Anda hobi memancing, bukankah cukup beli 3-5 kilogram ikan segar, masukkan ke dalam timba, lalu pancinglah dari ember itu! Anda lantas berteriak, "tapi di mana seninya?!" Pertanyaan Anda adalah awal persoalan Anda. Hasrat adalah muasal malapetaka, terutama jika tidak dikelola dengan elegan lagi bijaksana.
Kerena kebahagiaan dan kepuasan itu abstrak, tak perlu terlalu repot-repot dan aneh-aneh untuk mendapatkannya di dunia nyata. Hidup tidak harus menjadi pertarungan tiada henti dan perjuangan mati-matian, bersikap santai akan sangat membantu di zaman mie instan milenial ini. Bersikap wajar adalah ciri orang terpelajar. Tenang adalah tradisi para pemenang, gegabah adalah prilaku orang-orang kalah.
Parahnya, banyak di antara kita yang tenggelam begitu saja dalam kegiatan "memancing", tanpa pernah menyadari dan setidaknya bertanya-tanya pada diri sendiri dan sesama komunitas mancing mania: siapakah saya dalam kehidupan ini? Adakah saya sungguh-sungguh seorang pemancing? Apakah saya sekadar robot pelaksana hobi memancing kepalsuan dan keributan yang ketika habis baterei akan mati? Apakah seluruh eksistensi saya tak ubahnya ikan dalam kolam pancing sejarah? Atau barangkali saya tak lebih dari sekadar umpan-umpan jelata dalam pertarungan antara pemancing dan ikan-ikan ekonomi-politik-industri? Adakah diri ini hanya gagang pancing, kail, umpan, senar, kotak pancing, toko pancing, atau apa dan bagaimana? Dalam rangka apa saya terus menguji kesabaran dengan memancing dan terpancing seumur hidup? Atau saya bukan itu semua? Jangan-jangan saya hanya seorang penafsir bagi kehidupan (memancing) ini? Mungkinkah hidup ini bukan kegiatan purba yang isinya hanya memancing, berburu, memangsa dan memuaskan nafsu angkara?
Kini, jelaslah bahwa "memancing" kepuasan dan kebahagiaan di mayapada ini tidak sederhana, terutama lagi memancing dan terpancing di tengah arus pusaran politik. Ah, segala sesuatu memang tidak harus seperti kelihatannya. Oleh karena itu, tugas Anda bukanlah merubah dunia, tetapi merubah diri Anda sendiri, memperbaiki isi kepala dan menenangkan kecamuk prahara dalam dada, lantas, mendamaikan keduanya.
Saran terbaiknya adalah, jika Anda sedang pergi untuk memancing, memancinglah untuk ikan, bukan yang lain. Ikan itu jujur, semantara kepuasan itu menipu; ikan itu lugu, kebahagiaan itu ambigu. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah: untuk memancing ikan, Anda tahu umpannya apa, bagaimana dengan memancing tukang pancing? Cukup sediakan ikan! Di mana ada ikan, di situ ada tukang pancing. Nikmati selagi bisa, sudahi sebelum terbiasa.
Salam Takzim, semoga bahagia dan mulia.