"Sebuah Konsorsium Para Filsuf Amatir"

Rabu, 31 Januari 2018

Bertauhid: Pentingkah?

Bertauhid: Pentingkah?[1]

Oleh: Ach. Khoiron Nafis[2]
..Kalau-kalau yang disembah
ombak dalam sembahyang batu karang
adalah ziarah warna langit menyelami
biru laut, maka berteriaklah pada purnama!
Agar syahadat diembunkan langit
dalam rekaat fajar yang
tak pernah berpamit..!
(ADZ)

A. Pada Awalnya..
            Percumbuan ilmu kalam kian lekat di bibir para teolog muslim pada abad ke-2 H, ‘melewati’ beberapa kepala para mutakallimin, ia pun tak bisa dibendung, bertransformasi menjadi mazhab. Keabsolutan Tuhan mulai ramai ditanyakan, segala argumen pembenaran dilontarkan, dialektika dengan logika pun, tak ayal, berkembang kian pesat. Ditambah lagi dengan formalisasi pengkajian dan penerjemahan karya filsafat Yunani, Persia dan India[3] mendapat restu dari khalifah al-Makmun (w. 218 H); Yuhana ibn Masawayah, sebagai pimpinan lembaga kajian Bait al-Hikmah; dan Hunain ibn Ishaq, seorang Nestorian, yang dikenal sebagai penerjemah besar dalam sejarah Islam.
            Tapi, apa korelasi antara ilmu kalam dengan ilmu tauhid? Jawabannya, sama. Ilmu tauhid adalah nama lain dari ilmu kalam.[4]  Dari sinilah kita bertolak menuju bianglala pemikiran dan—sekaligus—belajar menggembalakan akal demi teguhnya iman!

Selasa, 30 Januari 2018

Potensi Ruhaniah Manusia



Oleh: M. Quraish Shihab

Tidak sedikit orang yang enggan mendengar, apalagi mempercayai, suatu peristiwa luar biasa atau suprarasional. Namun demikian, orang beriman sulit menolak peristiwa yang diberitakan oleh agamanya walaupun tidak sejalan dengan hukum alam. Bagaimana Nabi Isa a.s. lahir tanpa ayah, banyak yang tidak mengerti. Siti Maryam, sang Ibu Suci, pun bingung sehingga Allah melarangnya berbicara dan menugaskan bayinya untuk memberikan penjelasan (lihat. QS. Maryam: 26).
Kini, ada yang berkata bahwa peristiwa itu adalah perbuatan Tuhan yang kuasa membatalkan hukum alam, dan ada pula yang mengakuinya bahwa kejadian-kejadian semacam itu berada dalam batas hukum alam yang belum terungkap.

Senin, 29 Januari 2018

Filsafat Hijrah


Saat Rasulullah Saw. memerintahkan kaum muslimin hijrah dari Makkah menuju Madinah, adalah Abu Bakar Ra., orang yang begitu bahagia karena secara pribadi diajak Rasul menemani beliau hijrah secara sembunyi-sembunyi.
Dan seketika itu Abu Bakar membeli dua ekor unta dan menyerahkannya kepada Rasul untuk memilih unta mana yang hendak dikendarai beliau. Terjadilah dialog berikut:
“Aku tidak akan mengendarai untuk yang bukan milikku”
“Unta ini kuserahkan untukmu, Ya Rasul”
“Baiklah, tapi aku akan membayarnya”
Akhirnya dengan berat hati Abu Bakar pun setuju untuk ‘menjual’ salah satu untanya kepada Rasul.
***

Minggu, 28 Januari 2018

TIPS MENJAGA HATI



Terdapat lima prinsip dasar (ushul khamsah) atau alasan kenapa kita harus menjaga hati, dalam pandangan Imam al-Ghazali, di antaranya:
1.      Karena Allah mengetahui tiap bisikan, ucapan, kebenaran maupun kepalsuan yang kita simpan dalam dada. Sebagaimana firmanNya:
..إنه عليم بذات الصدور.
Sesungguhnya, Dia Mahamengetahui apa yang dalam hati

Di ayat yang berbeda
..والله يعلم ما فى قلوبكم
Dan Allah mengetahui apa-apa yang terdapat dalam hati kalian

2.      Tersebut dalam sebuah hadits bahwa,
إن الله لاينظر الى صوركم وأبشاركم وإنما ينظر الى قلوبكم
Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan materi kalian. Sesungguh, yang dilihat olehnya adalah hati kalian
Dengan demikian, maka hati adalah objek yang diniliai oleh Tuhan. Sebab itu, sungguh mengherankan jika ada yang mencari kemulian hanya dari sesuatu yang meteriil dengan meninggalkan sama sekali hati (baca: spiritualitas) dan aspek-aspek batin dalam dirinya.

LAILATUL QADR PARA SUFI



Oleh: K Ng H Agus Sunyoto.

Di tengah keheningan malam yang melingkupi Pesantren Sufi yang dipenuhi jama’ah pemburu Lailatul Qodr, tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang membuat para jama’ah menoleh berbarengan ke arah halaman melihat Mas Wardi Bashari, santri lawas, melonjak-lonjak kegirangan di samping Sufi Sudrun. Rupanya, di bawah petunjuk dan arahan Sufi Sudrun, Mas Wardi Bashari menyaksikan dengan pandangan bashirah bagaimana gemuruh para malaikat dan ruh turun dari langit tinggi ke langit dunia. 

“Aku sudah menyaksikan. Aku sudah menyaksikan,” seru Mas Wardi Bashari dengan nafas terengah-engah,”Sungguh penyaksian yang luar biasa menakjubkan.”
Hanya dalam hitungan menit, mushola yang semula penuh menjadi kosong karena semua lari ke halaman, ingin menyaksikan malam kemuliaan yang ditandai turunnya para malaikat dan ruh ke dunia. Sambil bertanya ini dan itu kepada Mas Wardi Bashari dan Sufi Sudrun, mereka ingin ikut menikmati anugerah ruhani menyaksikan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu. Sebagian di antara jama’ah yang diberitahu Mas Wardi Bashari tentang kegaiban luar biasa yang disaksikannya yang berlangsung sampai saat itu, bersujud syukur memanjatkan puja-puji kemuliaan kepada Tuhan meski mereka tidak menyaksikan sendiri malam mulia itu. Hingar kegembiraan menyemarakkan malam ke-21 Ramadhan dengan celoteh para pemburu Lailatul Qodr.

Sabtu, 27 Januari 2018

Hamka & Ajakan untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah


Dalam buku Membahas Kemusykilan Agama yg berisikan kumpulan jawaban dari pembaca majalah Panji Masyarakat, Buya Hamka menulis :
Saya pernah mendapat 2 surat teguran dari pelanggan Panjimas, yg menyatakan kurang suka karena dalam menjawab pertanyaan2, saya selalu membawa pendapat para ulama. Sebagai ulama modern katanya, Abuya harus tegas langsung kepada Al-Qur'an dan Hadis saja.
Dengan ini saya menyatakan bahwa kalau ada orang yg bertanya kepada saya tentang agama dan meminta jawaban yg tegas dari saya, tandanya dia percaya bahwa saya seorang ulama tempat bertanya dan apa yg saya fatwakan akan diikutinya yaitu fatwa saya yg berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis itu. Maka heranlah saya dengan modernnya orang zaman sekarang tentang agama. Dia mau percaya keterangan langsung dari Hamka tentang Al-Qur'an dan Al-Hadis yg masanya sudah 14 abad jarak dg Nabi, tetapi dia tidak mau terima jika diterangkan pendapat Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Ahmad dan Imam-imam yg lain, yg seluruh dunia sudah sepakat menerima dan mengakui pendapat mereka sehingga mereka disebut Imam Mazhab.
Memang tak kenal maka tak sayang. Sehingga karena diajar sang guru supaya jangan taklid kepada Ulama, mendengar pendapat ulama2 besar itu pun tidak mahu, dengan tidak sadar mereka taqlid kepada ulama yg melarangnya itu.

(Ust. Mustamid Ibnu Umayyah)


Jumat, 26 Januari 2018

BELI BIBIT JANGAN BUAH

BELI BIBIT JANGAN BUAH


Seorang wanita bermimpi masuk ke sebuah toko baru di  pasar,
dan terkejut, menemukan Tuhan di belakang toko.

"Engkau menjual apa di sini?" ia bertanya.

"Apa saja yang menjadi keinginan hatimu," kata Tuhan.

Hampir  tak  berani percaya apa yang didengarnya, wanita itu
memutuskan minta hal-hal paling baik, yang dapat  diinginkan
seorang  manusia. "Aku minta ketenteraman hati dan cinta dan
bahagia dan bijaksana dan bebas dari sakit."  katanya,  lalu
sebagai  pikiran  kemudian  ditambahkan,  "Tidak hanya untuk
saya. Untuk semua orang di dunia."

Tuhan tersenyum.  "Kukira,  engkau  menafsirkan  aku  salah,
nak,"  kata-Nya.  "Kami  tidak  menjual  buah di sini. Hanya
benih."


Kamis, 25 Januari 2018

PERADABAN BATU


Foto Ach Dhofir Zuhry.
Tersebut dalam ilmu geologi bahwa batu (tunggal) dan batuan (jamak) adalah benda padat yang terbuat secara alami dari mineral atau mineraloid. Malah, lapisan luar planet bumi ini, litosfer, pun terbuat dari batuan. Batuan—berdasarkan riset para pakar batu alias petralog—lazimnya ada tiga jenis, yakni: beku, sedimen, dan metamorf. Penelitian ilmiah batuan disebut petrologi, dan petrologi, Anda tahu, merupakan komponen penting dari geologi.
Belum cukup, selain lingkungan alami kita memang dikepung batu-batu, akrab dengan batuan, lingkungan buatan manusia juga sangat bergantung dan berhutang budi pada batu. Sedemikian dekat dan menyatu-membatu peradaban manusia, sampai-sampai batu dijadikan personifikasi bagi siapapun yang keras kepala: kepala batu, keras hati: hatinya membatu, berprinsip: pendiriannya seteguh batu karang.

Rabu, 24 Januari 2018

BERPIKIR ALA ARISTOTELES

 Oleh: Rahmawati

            Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani yang sangat terkenal, hasil pemikirannya begitu beragam dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dia murid dari plato dan guru dari Alexander, dia  hidup sekitar tahun 384–322 SM. Dia banyak menulis berbagai karangan di antaranya ialah prima kausa, metafisika, fisika, retorika, politik, etnis, pemerintahan, puisi, biologi, zoologi dan logika—yang akan dijelaskan lebi lanjut pada pembahasan ini.
            Aristoteles sangat berpengaruh terhadap perkembangan logika dan banyak orang yang menyebut dia sebagai penemu atau pelopor logika hingga dia disebut sebagai bapak logika. Aristoteles mengenalkan logika sebagai sebuah ilmu yang kemudian disebut logika. Dengan ilmu logikanya, Aristoteles memungkinkan mampu mempersembahkan banyak bidang ilmu. Dia bisa mengatur cara berpikir, merumuskan kaidah–kaidah dan jenis–jenis nya yang kemudian menjadi dasar pemikiran di berbagai bidang ilmu.
            Pada masa itu logika masih disebut dengan analitika yang meneliti berbagai argumentasi yang berasal dari proposisi yang benar. Selain itu logika waktu itu juga di sebut dialektika yang meneliti argumentasi yang masih diragukan kebenarannya.

Selasa, 23 Januari 2018

Pergolakan Filsafat Islam dan Yunani



Oleh: Herlianto, mahasiswa STF Al- Farabi Kepanjen Malang

Kita juga bertanya-tanya apakah Islam juga berfilsafat? Pertanyaan ini mengarah kepada Islam yang diyakini sebagai sebentuk agama samawi. Sebagai agama samawi Islam bersumber dari sesuatu yang fundamental yaitu Tuhan melalui wahyu. Dengan begitu Islam, melalui al-Qur’an diyakini sebagai agama sempurna bahkan penyempurna terhadap agama sebelumnya. Al-Qur’an dalam hal ini juga member penyempurnaan terhadap kitab-kitab sebelumnya: Taurat, Zabur dan injil yang menurut beberapa komentator muslim kebenarannya sudah banyak dikorup oleh kaum yang menghendaki runtuhnya agama samawi.

Senin, 22 Januari 2018

KAPITALISME KULTURAL

Oleh : Abd Salam.

Di zaman postRealitas ini, tepatnya masyarakat MEA bahwa masyarakat di tuntut untuk nilai lebih, bekerja keras dengan skill untuk bersaingan dengan masyarakat lain. Masyarakat yang penuh dengan persaingan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi Negara, maka ekonomi Negara kita semakin neoliberal bahkan mengadopsi nilai-nilai dan konsep yang gunakan oleh kaum sosialis.
Marx telah memprediksi bahwa ideolgi kapitalisme akan hancur dengan beberapa factor, factor internal dari kapitalisme sendiri dan factor ekternal, karena perjuangan masyarakat proletar. Mari kita telisik lebih jauh, kenapa sampai detik ini kapitalisme tidak runtuh bahkan semakin berkembang pesat, hal ini kita bisa lihat bahwa kapitalisme selalu memperbaharui dirinya sendiri sehingga selalu muncul sosok baru, sebab kapitalisme mulai meninggalkan struktur hirarkis Fordist dalam proses produksi dan diganti dengan bentuk organisasi berbasis-jaringan didasarkan pada inisiatif pegawai dan otonomi di tempat Kerja. 

Minggu, 21 Januari 2018

GarisHidup Plato


Oleh: Lukmanah.

Plato adalah salah satu filsuf besar sepanjang masa. Ia hidup sekitar tahun 427 – 347 SM. Nama Plato sebenarnya adalah Aristocles. Ia disebut Plato karena memiliki dahi dan bahu yang lebar. Nama Plato lebih cepatmenyebar, sehingga yang paling terkenal adalah julukannya daripada nama aslinya.
Ayah Plato bernama Ariston dan ibunya adalah seorang bidan yang bernama Pericton. Setelah ayahnya meninggal ibunyadinikahi pamannya, Pyralampes, seorang politikus di masanya. Sejak itulah, ia mendapat asuhan dari keluarga paman sekaligus ayah tirinyatersebut. Dari keluarga barunya ini, ia banyak belajar tentang politik. Ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh politik di Athena. Pergaulannya ini sempat menumbuhkan keinginannya untuk menjadi politikus ulung, akan tetapi, setelah ia mengamati, ternyata ia menemukan bahwa seluruh rezim politik itu buruk. Karena itulah ia memupuskan cita-citanya dan fokus mendalami dunia pemikiran

Sabtu, 20 Januari 2018

Aristoteles dengan Hylemorphismenya



Oleh: Lutfiah


Siapa Aristoteles itu? Lalu ada apa dengan Hylemorphismenya ?
Aristoteles adalah filsuf pasca Socrates yang berguru pada sayyid Aflathun alias Plato selama 20 tahun. Meski telah lama belajar pada gurunya (Plato), namun hampir semua karyanya bertentangan dengan Plato, tak terkecuali dengan Hylemorphismenya. 
Istilah Hylemorphisme berasal dari bahasa Yunani, hyle artinya materi dan morphis yang berarti bentuk.
Plato (guru Aristoteles) mengatakan bahwa idea (bentuk) dan memesis (materi) itu terpisah , tapi Aristoteles mengatakan materi dengan bentuk itu tidak berlawanan tetapi menyatu (bertemu) pertemuan materi dan bentuk itu disebut Hylemorphisme. Seperti kayu, kayu adalah materi dari bentuk meja, kursi dan lain-lain. Proses kayu menjadi meja itulah pertemuan yang dimaksud Aristoteles yang disebut  Hylemorphisme. 

Jumat, 19 Januari 2018

TIPOLOGI MANUSIA


Imam al-Ghazali (w. 505 H)—terinspirasi dari diktum Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H)—dalam konsepnya mengenai tipologi kebodohan manusia menyatakan bahwa ada empat macam (type) manusia dalam berpengetahuan dan menyikapi pengetahuan, yakni:
1. Yadri wa yadri annahu yadri. Yakni manusia yang tahu bahwa dirinya tahu, adalah manusia yang sadar bahwa dirinya berilmu, dan oleh sebab itu diamalkan didialogkan dengan kehidupan.
Dengan kata lain, ada semacam komitmen dalam jiwanya untuk terus menenar elanvitas dan menjadi sumber manfaat kepada orang lain. Ini merupakan tipe yang sangat ideal (ideal type) di antara yang lain. Golongan ini adalah golongan orang-orang bijak yang patut diteladani.

Kamis, 18 Januari 2018

MEMBEBASKAN SETAN


Jum’at kliwon jam 2.00 WIB dini hari di bulan Ramadhan, dalam keadaan sempoyongan setengah mabuk sambil sesekali batuk dan tertawa lepas tanpa sengaja sepulang dari tempat pelacuran dan berjudi, Ari Gepeng dan Dedi Gondes melihat Setan, ya Setan yang sedang meringkuk tertunduk lesu di pohon kamboja dengan kedua tangan dan kaki terikat tambang yang kokoh tak jauh pintu keluar pekuburan. Tak seperti yang lain, Setan yang ini terlihat pucat-pasi, kerempeng dan keceng, seperti kurang makan, lebih tepatnya mirip penderita busung lapar.

Selasa, 16 Januari 2018

HIJRAH NASIONAL DAN ISME-NYA


Memaknai Hijrah kali ini (1439 H) tidak ada salahnya kalau kita baca kembali—tentu dengan perspektif baru—perihal nasionalisme kita. Adalah Benedict Anderson dan Musthafa el-Ghalayaini yang saya kira mewakili topik ini, meski mereka adalah generasi yang berbeda.
Paman Ben Anderson dalam bukunya Imagined Communities memaknai nasionalisme dengan rasa dan budaya malu (shame culture), sementara Tuan Guru el-Ghalayaini melalui 'Idhotun Nasyi-in memaknainya sebagai keberanian (syaja'ah). Bagaimana tali-temali dan penjengkaran nilai keduanya?
Bilamana kita telisik lagi peristiwa (lebih tepatnya tragedi) kemanusian yang berujung pada air mata sosial, seperti: Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh, Rentetan kasus-kasus Trisakti, Malari, Kudatuli, Tanjung Priok, tragedi Santa Cruz di Dili, pembantaian Udin, Theys Eluay, kasus Marsinah dan pembunuhan Munir, belum tuntasnya penanganan Republik Maluku Selatan (RMS), Republik Papua Merdeka (RPM), perusakan dan pembakaran tempat ibadah, politisasi simbol-simbol agama dan ideologi, misalnya goreng-mengoreng isu PKI, darurat deradikalisasi, dll dalam pandangan paman Ben disebut "Malpraktik Nasionalisme". Apa sebab?

Senin, 15 Januari 2018

EIDOS PLATO

 Oleh: Maria Ulfa.



Pemikiran filsafat Plato tentang dunia idea,kata idea atau eidos berasal dari bahasa yunani yang berarti visi atau kontlempasi. Bagi Plato , ide-ide merupakan asal usul bagi segala sesuatu.
Bedanya antara Socrates dengan Plato adalah ,Socrates tidak mengajar ,hanya berdialog saja sedangkan Plato intensive mengajar hanya saja Plato tidak terlalu menentang adanya mitologi karna menurut nya mitos bisa keluar dari mulut orang yang suka bercerita dan biasanya orang yang suka bercerita suka mengada-ngada membuat crita atau kisah yang sebenernya tidak ada, kadang juga adanya mitos itu di munculkan oleh para orang tua untuk menakut-nakuti anak mereka supaya tidak nakal. Tapi inti filsafat Plato adalah ide, baginya ide tidak di ciptakan dari pemikiran justru pemikiran lah yang tergantung pada ide-ide.

Minggu, 14 Januari 2018

MUNAJAT

Ach. Dhofir Zuhry.

Kajian rutin malam selasa kitab AL-HIKAM Ibnu 'Atha-iLlah di Pesantren Luhur Kepanjen malam lalu pukul 20.00 WIB adalah salah satu munajat beliau yang berbunyi:
الهى كيف أخيب وانت املي ام كيف اهان وعليك متكلي

(Ilahi kayfa akhibu wa Anta amali am kayfa uhanu wa 'alayKa muttakili)

artinya kurang-lebih: "Tuhanku, bagaimana mungkin aku kecewa padaMu, padahal Engkaulah obsesiku. Tuhanku, bagaimana mungkin aku terhina sebab Engkau adalah Sandaran Vertikalku."
Munajat beliau bisa kita dapati relevansinya dalam keseharian kita. Misalnya, banyak di antara kita yg masih kecewa pada nasib—dan itu artinya kecewa pada Tuhan. Jika demikian, Tuhan akan semakin sulit kita "temukan" di tengah ketakpastian hidup ini, terutama di kota-kota yang bising dengan knalpot-knalpot kepalsuan. Bukankah kerap kali kita terombang-ambing antara harapan dan putus asa?
Di jantung kota-kota besar, di mana para imigran berjudi dan kaum urban berkerumun mengais nasib mereka, Tuhan semakin sulit ditemukan pada tiap jengkal kehidupan. Sehingga, menjadi kaum urban harus pandai-pandai mencari Tuhan. Lho, mengapa sulit mencari Tuhan di perkotaan, di pusaran ekonomi dan politik?

Sabtu, 13 Januari 2018

ANTARA ESENSI DAN AKSIDEN


Oleh: Adnan Faqih.


                Kata esensi berasal dari bahasa Latin essentia, dari esse (ada). Esensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) esensi adalah hakikat, inti, atau hal yang pokok. Contoh sederhana, esensi dari sebuah rokok sehingga bisa dikatakan "rokok” adalah dengan adanya kertas dan tembakau, jadi esensi dari rokok adalah kertas dan tembakau, adapun cengkeh, gabus dan yang lain hanya tambahan saja.
                Lain lagi  dengan aksiden, dalam bahasa Inggris accident berasal dari bahasa Latin accidens yang berasal dari kata kerja accidere : ad (pada) dan cidere (jatuh). 

Jumat, 12 Januari 2018

CITARASA PESANTREN



Saya termasuk jenis manusia yang jarang piknik dan berlibur, apa sebab? Bagi saya, hidup seluruhnya adalah liburan dan hiburan. Sehingga, mereka yang sibuk berlibur bahkan sampai ke luar negeri sesungguhnya karena jiwanya sepi dan tak sanggup menghibur diri dan mendaur ulang sampah-sampah di kepala dan dadanya. Lantas, mereka mencari hiburan di luar. Tetapi, alasan rasional ini kadang malah dianggap mengada-ada. Tak jarang, teman-teman malah menuduh saya pobhialiburan, padahal, hidup saya memang lebih banyak dijadwal oleh orang lain dari pada diri saya sendiri.

Kamis, 11 Januari 2018

Teori Kebutuhan ala Nasruddin Khoja



Nasrudin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai,
"Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, ..."
Nasrudin menukas, "Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan."

Rabu, 10 Januari 2018

MENCIUM TANGAN GURU



--Penggalan Memori 1971-1975 Bersama Prof Dr KH Ali Musthofa Ya'qub dan Gus Dur--
Yang namanya santri tidak uniformatif, bermacam rupa adanya. Ada yang usil dan gemar godain orang. Suatu ketika, ustadz Ali Musthofa menegur santri yang melontarkan olok-olok kepada seseorang. Kemudian dimintanya kepada santri mendekat dan mungucapkan kata maaf kepada seseorang yang menjadi obyek olok-olok itu. Mereka patuh dan berbarengan turun dari lantai dua komplek serta mencium tangan dan mengucapkan kata maaf kepada figur "yang disakiti" itu.
Siapa gerangan yang menjadi sasaran keusilan dan olok olok santri itu? Tak lain, adalah Gus Dur (GD). Tentu, lantaran sebagian santri tak mengenali siapa GD itu. Maklum, meski GD selaku sektetaris pesantren Tebuireng, namun sebagian tak mengenalinya. Terlebih, GD tak bermukim di pesantren Tebuireng. Jadi, pulang pergi alias PP Tebuireng-Denanyar setiap harinya.
Tahu, mengapa GD diusili santri? GD berpostur subur dan berkulit kuning, sehingga tak ubahnya sosok beretnis Cina. Makanya, jika pagi hari GD memasuki pesantren dengan mengendarai motor khasnya yang produk Italia, vespa Lambretta, plus bertopi ala pelatih Jerman Barat Helmut Schoen. Tanpa dikomando, tanpa ada yang menderigeni. "Tokeh, tokeh, tokeh", teriak santri bak koor. Ini diulang ulang dan berkepanjangan.
Tentulah, ustadz Ali Musthofa yang tahu dari mana datangnya teriakan yang bersautan itu secepat kilat mendekati. Diinterogasinya, diberitahu siapa GD itu dan dimintanya satu persatu turun dan mencium tangan GD. Tak protes dan tak menolak, mereka menyerbu mendatangi GD. Anehnya, justru GD tak menganggap para santri itu bersalah, sehingga satu persatu diusapnya kepala santri satu persatu oleh GD.
Ya, mencium tangan guru. Inilah simbol penghormatan, pemuliaan (yuwaqqir kabirana) dan tatakrama. Ini adab, akhlak dan fatsun murid kepada guru, santri kepada kiai dan yang muda kepada yang lebih tua. Ini tradisi dan kesantunan yang mesti dijaga dan diuri uri. Bagian dari "irsyadu ustadzin", agar peroleh arahan dan keberkahan guru.
Lho, kok digebuk dan dituding feodalisme, melanggar egalitarianisme dan mengusir prinsip humanisme? Dalam hal apa cium tangan dianggap mengokohkan feodalisme, mengangkangi egalitarianisme dan menebar anti humanisme ?
Namun perbincangan cium tangan murid kepada guru jangan serta merta digulirkan menjadi diskusi di pusyaran syar'i. Meski, Anas ibn Malik pernah menarasikan begitu indahnya ihwal sahabat kala berebut mencium tangan rasulullah. Dan, "laisa minna man lam yarham shaghirana wa lam yuwaqqir kabirana", sabda Nabi.
Tak mengherankan jika ustadz Ali Musthofa penyuka dan sekaligus penganjur mencium tangan guru. "Tak terhitung saya mencium tangan Gus Dur", ujarnya.
Walau jangan pula dibenturkan dengan rasionalisme dan humanisme sebagaimana relasi antar manusia ala Barat. Lha wong itu tradisi, nilai luhur dan bermuatan local wisdom. Kearifan beraroma perenilalisme atau post modernisme. Kendati mengamalkan cium tangan kepada guru itu terasa nikmat dan berbarengan dengan laku itu kesejukan mengaliri psikologi kita.

(Status Pak Cholidy Ibhar)


Selasa, 09 Januari 2018

MENDIDIK ANAK-ANAK MILENIAL


Oleh: Ach Dhofir Zuhry

Penyair Lebanon yang menghabiskan nyaris seluruh hidupnya di Amerika, Jibran Khalil Jubran alias Kahlil Gibran (1883-1931) pernah mengingatkan para orang tua dengan ucapan, "Anakmu bukan anakmu, mereka adalah anak-anak kehidupan!"
Diktum ini seolah menampar setiap orang tua yang memaksakan kehendak pada anak-anaknya. Yakni, jenis orang tua yang menginginkan dan mengharuskan anak-anak mereka menjadi seperti mereka. Sehingga, mereka mengawasi dan terus membatasi kreasi anak, melarang dan bahkan mengebiri cita-cita sang anak sedemikian protektif dengan alibi kampungan bahwa anak adalah penerus cita-cita orang tua.

Senin, 08 Januari 2018

APA ADANYA


oleh: Ahmad Yani

Tapi aku yakin bahwa " Cinta yang besar sejatinya tidak pernah mengajarkan untuk mencintai sebesar itu" demikian tambahan seseorang yang banyak memberikan sumbangsih pengetahuan pada saya waktu itu, bahkan setiap bertemu. Hampir setiap waktu nadi berdetak, perkataan dan perbuatan menjadi pengetahuan yang bisa dikunyah oleh akal serta menjadi pelajaran. Yang pada saat berpapasan dengan kutipan hadist Nabi:
من عشق فعف فكتم فمات فهو شهيد
"Siapa yang mencinta, kemudian merahasiakan, menyembunyikan cinta, kemudian ia mati, maka syahidlah ia dengan kematiaannya"

Minggu, 07 Januari 2018

Jembatan Bunga Api

Puisi A. Musawir[1]

Jembatan Bunga Api

Aku sapa kalian dengan kata "sabar, tapi terjang!”
Menembus janji, basah keringat mimpi;
Lalu lintas berdzikirku, berpikirku

Maka aku telah datang
Berpapasan denganmu
Kita saling bergerak, membaca
Aroma tubuh dan sekitar

Dalam diam kita saling menatap
Antara memeluk dan melepas
Seperti mengheningkan cipta
Pada diri kita sendiri dan dunia

Di tengah jembatan di atas benua
Kita membelah diri
Memasuki ruang-ruang semesta;
Bekas di tanah, bercak di air

Dalam sadar kita berpangku
Tiada beranjak dari titian
Memaknai, apa arti bunuh diri
Apa arti membebaskan diri

Salam kepulangan dan kepergian
Seperti mengadu kepada jembatan
Yang terbakar di antara ribuan bangkai pedang

Kita belum lama berdiri
Mengamati petilasan sejarah
Korban sesiapa yang kesepian
Bak penasaran yang telah membawa kita ke sini

Adakah burung-burung
Mendengar kita dari atas sana
Seperti hendak menyelamatkan kita dari sini

Adakah ikan-ikan
Akan berlompatan dari bawah sana
Lalu datang menggendong kita
Terjun mengarungi lautan

Atau mereka telah berpaling dari pandangan
Dan mencari keselamatannya sendiri-sendiri
Atau memang keselamatan
Tak pernah lari

Dari satu titian ke titian yang lain
Kita kenang seribu goresan
Seperti kayu yang jatuh
Di kedalaman limbah bahasa

Dalam karat waktu yang mengandung tajam
Serentak kita berbisik:
"Jalan ini sungguh tipis dan sangsai"

Maka aku
Maka massa
Bunga api persemburan!

Jogja, 2016





[1] lahir pada tanggal 07 Mei 1989 di kampung Tampaksari, Pamekasan, Madura. Minat belajar sastra sejak usianya memasuki angka ke 27, 26 tahun lupa diri. Pernah tinggal di Kota Malang selama 8 tahun hingga akhirnya lulus kuliah. Sempat nimbrung di Komunitas Sastra Lembah Ibarat di Kota yang sama, Malang (2013) dan di Jogja selama 5 bulan (2016), 2 bulan di antaranya sebagai penjual Es Tebu. Bisa dijumpai lewat email: sabdamusa.art@gmail.com, telp. 082242638982 atau via WA: 081935198945.

Sabtu, 06 Januari 2018

4 istri


Seorang pria yang sukses hidupnya, memiliki empat orang istri. Ketika ajalnya menjelang tiba, dia memanggil istri keempatnya ke sisi ranjangnya, istri yang paling muda dan baru saja ia nikahi.
“Jelitaku,” kata si pria, terpikat oleh sosoknya yang legendaris, “dalam satu atau dua hari lagi aku akan meninggal dunia. Setelah kematian aku pasti merasa sangat kesepian tanpa dirimu. Maukah engkau ikut bersamaku?”

Jumat, 05 Januari 2018

Islam Nusantara: Islam with a Smiling Face




                “Kita adalah orang Indonesia yang
beragama Islam, bukan (hanya) orang
 Islam yang tinggal di Indonesia

-Gus Dur
Islam adalah pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Islam datang dari Tuhan melalui utusannya, Nabi Muhammad Saw. Islam, mula-mula hadir untuk mengislamkan bangsa Arab, namun kemudian—idealnya—ia menjadi petunjuk dan rahmat bagi semesta raya: Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, bukan hanya rahmatan lil muslimin! Karenanya, universalitas Islam tak lagi perlu dipertanyakan, sebab ia bukan monopoli suatu suku, daerah, bangsa atau negara tertentu saja.
Dalam pada itu, Islam berikut ajaran kebaikan universalnya tidak lahir pada semesta yang hampa, kelahirannya dibidani oleh Nabi Saw. dalam budaya, kondisi, lingkup masyarakat, yang secara teritorial berada di Arab. Karenanya proses pertalian antara ajaran Islam dan budaya Arab tak mungkin dihindari. Hanya saja, yang perlu digarisbawahi adalah meskipun Nabi Saw. adalah orang Arab dan kitab al-Quran kita berbahasa Arab, tidak berarti setiap yang berbau arab itu sakral, suci dan pasti positif. Karenanya, proses seleksi ajaran Islam yang bersifat substansial dan aksidental perlu ditekankan, sehingga kita bisa membedakan antara hal yang bersifat Islami dan (atau) Arabisasi.
Islam Nusantara: Islam Kita
Nomenklatur (penamaan) dan gagasan tentang Islam Nusantara mungkin terkesan sebagai hal baru dalam wacana kita. Terhitung sejak 2012 lalu, wacana ini mulia ramai diperbincangkan media, terutama pasca dibukanya Pascasarjana Kajian Islam Nusantara di UNU Jakarta. Meskipun gagasan ini lahir dari NU, dengan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj sebagai penggagasnya, namun spirit dan perjuangan Islam Nusantara dipersembahkan untuk peradaban Indonesia, khususnya, dan dunia, sebagai objek yang lebih universal.
Ide Islam Nusantara sendiri sebenarnya begitu bersahaja. Bertolak dari ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai manhajul hayah wal fikr (kurikulum hidup dan metode berpikir), dengan basis pada sikap mulia berupa tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran) dan i’tidal (berpihak pada kebenaran). Maka dari dasar pemikiran tersebut, Islam Nusantara diharapkan senantiasa bisa bersinergi dengan realitas dan fakta sosial yang selalu mengerut dan berdenyut dalam lipatan waktu pada tiap episode kehidupan. Dan dalam konteks yang lebih luas, agar Islam kita dikenal—meminjam istilah majalah internasional Newsweek—sebagai “Islam with a smiling face.”
Konsekuensi logis lain dari dasar pemikiran di atas adalah penghargaan terhadap local wisdom atau tradisi yang ada. Sebagaimana Nabi Saw. begitu cinta terhadap bangsanya, maka tentu menjadi keharusan untuk kita mencintai bangsa dan negara kita.  Islam Nusantara mengerti dan mengajarkan yang demikian, bahkan hal ini ditunjukkan dengan penamaan “Islam Nusantara” itu sendiri, kita tidak menyebutnya sebagai “Islam Indonesia.” Secara historis, nama Indonesia pertama kali digunakan oleh James Richardson Logan (w. 1869) dalam kumpulan karangannya yang berjudul The Indian Archipelago. Kemudian nama ini dipopulerkan oleh Prof. Adolf Bastian (w. 1905) dengan sebuah bukunya: Indonesian oder die Inseln des Malayachen Archipelago. Namun berbeda dengan kata “Nusantara”[1] yang sudah dikenal sejak abad ke 14 M, oleh Mpu Prapanca (w. 1365). Selain kata ini lebih tua, ia juga memiliki nuansa budaya yang lebih kental, bahkan, seperti disebut oleh para sejarawan, konsepsi Pancasila telah termaktub dalam kitab tersebut—secara tersirat. Inilah penghargaan Islam Nusantara terhadap budaya dan tradisi.
Mengutip pendapat Gus Dur, “inti dari pribumisasi (menghadirkan Islam dengan menghargai tradisi yang ada) adalah kebutuhan, bukan menghindari polarisasi antara agama dan budaya, sebab polarisasi demikian memang tak terhindarkan.” Sebab itu titik tolak dari upaya menghargai budaya yang ada alah agar wahyu dipahami dengan mempertimbangkan konteks, termasuk kesadaran hukum dan rasa keadilan. Jadi, dalam prosesnya, pembauran antara Islam dan agama tetap tidak boleh terjadi, sebab berbaur berarti hilangnya sifat-sifat asli. Islam harus tetap pada sifat islaminya. Al-Quran dengan bahasa Arab, terutama dalam shalat, sebab hal ini merupakan norma. Sedang terjemah al-Quran dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman, bukan menggantikannya. Maka dari itu, lagi-lagi kita harus membekali pemahaman diri kita dengan alat deteksi sesuatu yang substansi dalam agama atau hal-hal yang bersifat aksidental semata.



Daftar Pustaka
Abdurrahman Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2009)
M. Ishom Yusqi (dkk.), Islam Nusantara: Meluruskan Kesalahpahaman, (Jakarta: LP. Ma’arif NU Pusat, 2015)
Sholihin Salam, Bung Karno Putra Sang Fajar, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1982)




[1] Nusantara atau Dwipantara artinya ialah pulau-pulau yang berada di antara benua-benua. Dalam kitab Negarakertagama disebutkan, bahwa Nusantara ialah pulau-pulau di luar Jawa. Sedangkan dalam sejarah Melayu dipakai istilah Nusa Tamara. Namun terkadang, Nusantara dikenal sebagai “Malay Archipelagos” (Kepulauan Melayu). 

Kamis, 04 Januari 2018

WANITA DAN TAFSIR TENTANG SEKS (1)


oleh: Ach Dhofir Zuhry.


Memandang kemolekan seorang gadis—zaman dulu harus susah-susah tiarap di bibir sungai dan tubir danau mengintip kulit-kulit mulus yang sedang mandi dan mencuci, saat ini cukup berselancar di internet untuk terhubung dengan segala keindahan wanita—ibarat memandang Tuhan. Manusia (khususnya) kaum pria adalah penafsir paling otentik dari keindahan Tuhan yang ber-tajalli pada sosok wanita.

Senin, 01 Januari 2018

“Maaf” dan Maknanya yang tak Lagi Ada

Oleh: Ach. Khoirun Nafiz.

Bukan sebuah kebetulan jika setiap Idul Fitri ponsel atau akun media sosial kita selalu dipenuhi dengan ucapan “selamat hari raya” dan “mohon maaf lahir batin.” Mulai dari keluarga, saudara, tetangga, teman bahkan iklan sarung dan sirup yang sesekali mampir di layar televisi. Sungguh fenonema tahunan yang menarik!

Popular Posts

Blogroll

Blogger templates

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.

Cari Blog Ini

Find Us On Facebook

Featured Video

Featured Video

About

   
WhatsApp Dp

Pages - Menu

Popular Posts