"Sebuah Konsorsium Para Filsuf Amatir"

Jumat, 22 September 2017

Sensitifitas

funai_01
Sedikit membongkar fragmen ingatan tentang petuah-petuah lama, lalu saya menemukan secarik nasehat. "Untuk bermasyarakat yang terpenting adalah berahlak".
Lantas apakah ilmu tidaklah penting?
Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan layaknya kaum skriptualis, sumbu pendek dan berbagai penyakit sejenisnya.

Taubat

“Jika badan yang kotor
kita bisa menyucikannya dengan air,
debu maupun tanah.
Tetapi, bagaimana jika hati “
yang kotor?

Mari tenggelam ke dalam diri (inner journey) sedikit mengoreksi sembari menata apakah diri ini sudah berbuat baik dan apakah diri ini steril dari dosa-dosa? Jika belum mari kita bersama-sama sedikit membenah prilaku kita.

Kamis, 21 September 2017

Menalaah Kata Afiyat

         

Mungkin kita sering, ketika ada salah seorang sahabat bertanya perihal kabar, menjawab bahwa kita dalam keadaan “shihah wal afiyah” (sehat dan afiyat). Secara umum para pembaca mungkin sudah maklum bahwa sehat berarti kecukupan fisik, tanpa ada yang tercederai, sakit ataupun kurang. Atau, kesimpulan yang lebih sederhana, sehat berarti tidak sakit. Itu saja!
Tapi bagaimana dengan “afiyat”? Ternyata ia memiliki makna yang variatif. Pemaknaan ini malah disebutkan langsung oleh Nabi Saw. Berikut beberapa makna "afiyat," sebagaimana disebutkan oleh Imam As Suyuthi dalam Al-Jami' Ash-Shaghir-nya:
Bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, 'afiyat (kesehatan, keberkahan) mencakup sepuluh perkara, lima di dunia dan lima di akhirat.

Rabu, 20 September 2017

Berbeda itu Niscaya


“Jika tiap yang  berbeda harus kita musuhi,
maka Tuhan adalah musuh kita bersama,
 sebab Dia Mukhalafah lil Hawadits (Berbeda dengan kita)”.

(Nabi Ya'kub berpesan) Wahai anak-anakku, kamu janganlah masuk dari satu pintu, melainkan masuklah dari berbagai pintu yang  berbeda-beda (QS. Yusuf: 67)
Nabi Ya'kub adalah jiwa kebapakan yang  sabar, penuh harap, tawakal dan percaya bahwa setiap problem akan diberi jalan keluar oleh Tuhan. Sedang Nabi Yusuf, merupakan personifikasi dari keadilan, kemakmuran, kebijaksanaan, pandangan visioner dan nilai-nilai ideal lainnya. Al-Quran mengajarkan, melalui pesan Nabi Ya'kub kepada anak-anaknya, bahwa  jalan menuju 'Yusuf' itu bermacam ragam. Karenanya, ia tak harus ditempuh dari satu lorong saja.

Selasa, 19 September 2017

Kerja yang Tereksploitasi

Oleh: Heri Zanqy.
12642848_216648568680842_6405384899231946745_n

Mula-mula kita bertanya mengapa manusia harus bekerja, sedangkan binatang tidak? Padahal keduanya sama-sama bisa bertahan hidup. Seharusnya jika binatang dapat hidup tanpa bekerja maka manusia juga bisa hidup tanpa bekerja. Tetapi persoalannya tidak se-angel itu , pemikir dibawah inilah yang mempunyai angle yang berbeda dan lebih mendasar dan substansial. Alam sendiri belum sesuai dengan kebutuhan manusia dengan kata lain tidak sesuai dengan hakikat manusia. Maka manusia harus mengolah alam supaya bisa menjadi hidangan siap saji kemudian dinikmati, dikenakan, dan didiami yang dimana alam tidak menyediakan produk jadi.
 Dengan begitu bekerja merupakan hakikat manusia. Rekam jejak kehidupan telah membuktikan bahwa dari era primitif hingga pasca modern tak satupun manusia dapat bertahan hidup tanpa bekerja. Bekerja tidak hanya persoalan perut dan kepentingan biologis. Jauh dari pada itu bekerja merupakan upaya objektifasi kenyataan manusia itu sendiri. Namun dalam perkembangan modern dan era kapitalis ini, kerja sudah tidak lagi berfungsi sebagai objektifikasi manusia akan dirinya. Justru kerja dieksploitasi oleh kaum pemodal untuk menambah pundi-pundi kekayaannya. Sehingga kerja secara esensial tercerabut dari diri manusia.

Senin, 18 September 2017

Ketika Katak Bertasbih

Oleh: Heri Zanqy.  
New-Modern-font-b-HD-b-font-Spray-Cartoon-Oil-Painting-Abstract-font-b-Animal-b
Tatkala Bruno sedang berdoa pada suatu malam yang hening, ia terusik oleh ruak seekor katak bangkong. Segala upayanya untuk tidak mengubris suara  itu gagal sehingga ia berseru dari jendelanya, "Diam, Bangkong! Aku sedang berdoa!",  Nah, Rahib Bruno ini adalah suciwan, sehingga perintahnya seketika dipatuhi. Setiap mahluk hidup menahan suaranya supaya menciptakan kesunyian yang mendukung bagi doa. Namun sekarang suara lain menyela doa Bruno, suara dari dalam yang mengatakan, "Mungkin Tuhan sama senangnya dengan ruak katak itu sama halnya dengan dengan lantunan Mazmurmu." lalu Bruno menyela dengan kesal "Apa yang bisa menyenangkan telinga Tuhan dalam ruakan katak?” Namun suara itu menolak menyerah,  "Mengapa kamu pikir Tuhan menciptakan suara itu?"
Bruno memutuskan untuk mencari tahu. Ia mencondongkan badan keluar jendela dan memerintah, "Menyanyilah!" Ruak katak yang terukur itu memenuhi udara disertai iringan sumbang suara semua katak di sekitar sana. Dan tak kala Bruno memperhatikan bunyi itu, suara mereka tidak sumbang lagi karena ia menemukan bahwa jika ia berhenti menolaknya, sesungguhnya memperkaya keheningan malam. Dengan penemuan itu hati Bruno menjadi selaras dengan semesta, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia paham apakah yang dimaksud berdoa.

Minggu, 17 September 2017

Membedah Sistem Ekonomi Kapitalis

Oleh: Heri ZanQy.

11667285_917723981604773_1545456949058630304_n
Para perusak ekonomi (economic hitman), mengatur dunia dengan membangun sebuah kerajaan global bernama sistem ekonomi kapitalis. Senantiasa menjadikan negara-negara yang memiliki sumber daya alam melimpah menjadi target, dengan menawarkan sebuah perusahaan berbasis pertambangan, yang dimodali oleh World Bank dengan mengikat kerja sama yang endingnya pasti kembali kepada World Bank beserta bunga-bunganya yang memberatkan negara penghutang.

Sabtu, 16 September 2017

Nabi pun Berziarah

Dikisahkan saat Nabi Saw. sedang dalam perjalanan dari Makkah menuju Palestina, ditemani oleh Malaikat Jibril dan Mikail dengan Buraq sebagai kendaraannya.
Malaikat Jibril berkata "Wahai Nabi, turun dan sholatlah di sana (sembari menunjuk sebuah pohon)"
Nabi turun dan shalat sunnah dua rakaat.
Kemudian malaikat Jibril berkata, "Apakah Anda tahu di mana Anda sholat tadi?".
Nabi menjawab, "Tidak"
"Anda sholat di Pohon Nabi Musa"
***
Syaikh Najmu ad-Din al-Ghaythi, berkomentar dalam Hasyiyah ad-Dardir-nya:
Alasan Nabi diperintahkan untuk sholat di "Pohon Musa" adalah karena pohon itu pernah digunakan sebagai tempat berteduh oleh Nabi Musa, saat beliau melarikan diri dari Mesir. Sehingga hal ini termasuk "At-Tabrruk bi atsar as-shalihin wa manazilihim".
***
Nabi Muhammad adalah mahluk yang paling mulia, namun beliau masih memuliakan segala bentuk kemuliaan, meskipun kemuliaan itu lebih kecil dibanding dirinya. Lebih dari itu, beliau tidak hanya memuliakan orang yang mulia (Nabi Musa), bahkan pada tempat yang pernah menjadi perekam dari napak tilas itu (pohon) pun ikut beliau muliakan.
Maka bagi mereka yang hendak mengkafir atau membid'ahkan orang-orang yang berziarah di makam wali, adalah lebih bijaksana kiranya untuk melihat dengan baik, mengamati dengan teliti dan menganalisa dengan seksama, benarkah orang-orang yang berziarah tadi meminta terhadap kuburan atau itu hanya bentuk penghormatan mereke di makam ulama yang mencintai Allah dan Allah mencintai mereka?
Sebab, jika mereka dikafirkan dengan alasan menyembah kuburan, maka sama dengan berkata bahwa Nabi Muhammad juga kafir, karena beliau pernah sholat di samping "pohon". Apakah tidak demikian konsekueninya!


Kamis, 14 September 2017

Bisakah Mengingat Tuhan?

Bisakah Mengingat Tuhan?

Mengingat sesuatu yang berbentuk tidaklah sulit seperti mengingat wanita cantik nan jelita, seputih abu, bodi seksi bak gitar gambus dari Turki. Namun, bagaimana kita membayangkan sesuatu yang tak berbentuk dan tidak bisa diindra seperti ilmu, akal dan waktu, hingga  bermuara pada “bagaimana kita mengingat Tuhan(?)”

Membuka wacana dengan menelaah kinerja akal, yang memiliki daya imajinasi (mengabstraksikan hal yang materi) berfungsi untuk membayangkan, daya konsepsi (menangkap realitas non-materi) berfungsi untuk memahami. Begitupun dengan cinta yang tidak bisa diimajinasikan hanya bisa dipahami. Selaras dengan imajinasi yang berasal dari kata image yakni gambar, oleh karenanya cinta tidak bisa digambarkan namun hanya bisa dipahami dan dirasakan.

Jika demikian, bagaimana dengan mengingat Tuhan?
Disebutkan dalam sebuah hadits,
من عرف نفسه فقد عرف ربه
“Barang siapa yang mengenali dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya”.

Dengan cara merenungi segala kelemahan, kita akan menemukan Kekuatan Eksternal yang mengatur dan berkuasa pada diri kita, yaitu Tuhan. Demikian, kita bisa mengingat Tuhan dalam refleksi dan pikiran filosofis.
Diperkuat dengan dawuhnya imam Ghazali,
 كل الاشياء تستبان بأضدادها
“Segala sesuatu akan menjadi jelas dengan kebalikannya.”

Apakah yang jelas pada siang hari? Tak jarang kita akan menjawab sesuatu yang kita indera seperti tembok, manusia dan sederet materi di sekitarnya. Padahal semua yang kita anggap jelas di siang hari akan tersapu ditutupi malam. Dari sini kita akan mengerti bahwa kejelasan yang paling hakiki adalah secercah cahaya yang terlupakan. Karena hanya dengannya, segala yang ada menjadi tampak. Kapan kita sadari hal ini? Tentu ketika gulita menyapa. “Sesuatu itu akan berharga ketika ia pernah tiada.”

Jauh daripada itu, kita tidak berhenti pada pemahaman namun melanjutkan ke relung-relung rasa yang paling  dalam,  dengan menyatukan segala konsepsi (pemahaman) hingga kita melebur bersama cinta dan kasih-Nya. “Dan ketika mengingat Allah hati mereka bergetar”. Begitulah kira-kira senandung al-Quran.



Senin, 11 September 2017

Sepatu



splitshire.jpg

Allah mengilhamkan hikmah kepada lidah
 pemberi nasehat agar sesuai
dengan aspirasi para pendengarnya.”

Kenyataan itu saya saksikan saat berkunjung ke tempat pembuatan sepatu. “Aku adalah pemilik toko ini” ujar pembuat sepatu, “di sini banyak sekali bahan kulit untuk membuat sepatu, tetapi aku hanya memotong dan menjahit sesuai dengan ukuran kaki. Itu saja.”

Kamis, 07 September 2017

Bolehkah Memilih Teman?

images

Bahagia itu, bukan soal di mana kita berada, tapi dengan siapa kita di sana:
Jadi, “dengan siapa kita di sana” adalah nilai dari seberapa tinggi tingkat kebahagiaan kita. Sebab itu, sering kita dengar pepatah Arab yang menyatakan bahwa, “musuh yang cerdas lebih baik ketimbang teman yang kurang pandai”.
Anda percaya? Mari simak cerita berikut:
Seekor kera dan seekor hyena sedang berjalan melewati hutan. Hyena itu berkata, "Setiap kali aku lewat semak-semak itu seekor singa melompat dari dalamnya dan menganiayaku secara membabi buta. Aku tidak tahu mengapa demikian.”

Selasa, 05 September 2017

Serasa Fana' Ternyata Kram



Seorang penjahat hendak bertobat dan memulai upaya hidup asketik, jauh dari dunia, dengan memilih meninggalkan segalanya dan bertapa di dalam gua berteman dengan kezuhudannya. Keheningan, pencerahan dan pencapaian spiritual lainnya adalah sesuatu yang didambakan oleh si penjahat isyaf.
Pada hari yang telah ditentukan, ia pun berangkat menuju TKP tanpa memberitahu siapapun. Sesaat setelah sampai ia mulai duduk bersila di atas batu, sembari memejamkan mata dengan sedikit mantra yang terus menerus mengalir tak begitu nyaring dari mulutnya.

Rela

oleh: Ahmad Hamzah Muria.




Ridha secara etimologi (bahasa) berarti rela, menerima, menyetujui, dan puas. Sedangkan menurut terminology (istilah) ridha sebagaimana tersebut dalam kitab Minhaj al-Abidin karangan Imam Abu Hamid al-Ghazali, ialah “tark as-sukhthi” (tidak mengeluh atas apa yang ditentukan oleh Tuhan), dan mengeluh adalah beranggapan terhadap apa yang tidak ditakdirkan Tuhan, lebih baik dari pada yang telah ditentukan.

Dalam konteks ini ridha berkaitan erat dengan takdir Tuhan, dalam hal baik maupun buruk, karena memang itu pilihan yang terbaik dari Tuhan. Dan apapun yang telah digariskan Tuhan tentunya akan berdampak baik bagi mahluknya.
Berdasarkan hal itu, dengan sikap rela atas takdir yang diterimanya, mula-mula ridha dijadikan sebagai modal utama dalam menjalani hidup. Apa sebab? Karena segala kenyataan, baik yang telah atau sedang terjadi bahkan belum terjadi, berada dalam kuasaNya. Hanya saja di setiap apa yang telah terjadi seseorang bisa menduga-duga apa yang akan terjadi setelahnya.
Karena memang tak jarang terjadi kekecewaan dan keluhan hadir dalam diri seorang, atas ketidaksiapan akan takdir yang diterima. Maka dari itu, setuju atau tidak untuk mengatasi segala kemungkinan dan ketidaktahuan atas kejadian selanjutnya meridhai adalah cara yang paling sederhana untuk menjadikan hidup lebih sederhana. Sebab, yakin akan hal dibalik semua itu pasti ada hikmahnya.
Lebih lanjut, mengenai masalah ridha Imam al-Ghazali menjelaskan dalam kitabnya ada dua macam.
Pertama, ridha pada kebaikan, berarti ridha pada Tuhan dan ridha pada ketentuan (qadha) serta ridha pada objek yang ditentukannya. Misalnya; kita ditakdirkan sebagai orang beriman. Mula-mula kita harus ridha bahwa iman adalah Tuhan yang menciptakan. Setelah itu, otomatis kita akan meridhai ketentuan Tuhan akan iman. Terakhir, kita akan meridhai bahwa objek yang ditentukan untuk menjadi iman adalah kita.
Kedua, ridha pada keburukan, yang berarti ridha pada Tuhan dan ridha pada ketentuannya serta tidak pada objeknya. Misalnya; orang yang terlibat skandal (keburukan) . Pertama ridho bahwa Tuhan menciptakan skadal. Bersamaan dengan itu akan meridhai ketentuan akan skandal dan tidak ridha pada objeknya . Karena ridha pada ketentuannya bukan berarti ridha pada objeknya.
Untuk itu, karena hidup ini adalah jurang yang penuh misteri dan segala peristiwa yang terjadi atas ketentuanNya, namun bukan alasan untuk kita merasa putus asa. Sebab, ridha mengajarkan pada kita untuk bertindak sederhana agar tidak terlalu mengeluh dan berharap yang pada ahirnya harus kecewa.
Berhentilah berkhayal sesuatu yang tidak bisa kita usahakan, jangan terlalu jauh, meminta saja yang terbaik kepada Tuhan. Biarlah Tuhan jadikan kita seperti apa dan bagaimana karena memang itulah yang seharusnya. Selagi Tuhan meridhoi niscaya segalanya adalah baik. Tetapi, jika tidak terima, lalu, kita bisa apa? Toh itu semua terjadi bukan kuasa kita.
Relakanlah...

Memaknai Hidup



Untuk saat ini, cerita salah seorang guru di masa lampau seakan lebih asyik untuk disimak. Seorang murid sangat mudah terserang depresi yang berkepanjangan. "Dokter menyarankan saya agar berobat guna menyembuhkan depresi saya," katanya.
"Baik, mengapa kamu tidak melakukannya?" tanya Sang Guru.
"Karena efek sampingnya akan merusak organ hati saya dan memperpendek hidup saya."

Siddhartha Gautama


Seorang penjahat bertubuh besar mengalungkan pedang ke arah Sidarta Gautama,
"Sekarang tidak akan ada yang menolongmu. Silahkn katakan permintaan terakhirmu, sebelum kulibas dengan pedang ini" gertaknya.
Sidarta tetap tenang, "coba kau potong selembar daun di pohon itu"
Sekali tebas, si penjahat menunaikan permintaan Sidarta.

ke-Aku-an


Mistikus asal India, Ramakrishna, sering mencitrakan hal berikut:
Tuhan tertawa pada dua kejadian.
Ia tertawa kala mendengar dokter berkata pada seorg ibu, "Jagan takut, saya akan menyembuhkan anak ini"
Tuhan berkata pada DiriNya Sndiri, "Aku berencana mengambil nyawa anak ini dan orang ini pikir dia bisa menyelamatknnya?!"
Tuhan juga tertawa kala Ia melihat dua bersaudara membagi lahan mereka dengan garis batas, seraya berucap, "Sisi sini milikku dan sisi lain milikmu"
Tuhan berkata pada DiriNya Sndiri, "Alam semsta ini milikku dan mereka menyatakan mereka memiliki sebgian dari nya?!"
Eh eh eh..
Ilustrasi dari cerita ini bsa dilanjutkn bgini, kira-kira:
Tak kala merka diberi tahu bahwa rumah besar mereka hanyut oleh banjir, mereka berdua menjwab: "Heh! Mustahil! Kunci rumahku ada d kantungku!"


Kanan Lebih Baik


Dikisahkan dalam kitab Dardir, setelah Nabi Muhammad Saw. berangkat dari Makkah dan singgah di beberapa tempat, akhirnya beliau sampai di Baitul Muqaddas. Kemudian, beliau masuk ke masjid itu dengan melewati "pintu sebelah kanan".
***
Hikmah yang bisa kita petik dari Kisah adalah: dalam cerita ini, pelajaran berharga yang disampaikan Nabi adalah bahwa, keselarasan antara tujuan dan cara merupakan hal yang niscaya. Secara kasat mata, kita akan menyimpulkan, baik melewati pintu sebelah kanan ataupun kiri, tetap saja pada akan berhasil memasuki masjid. Namun demikian, ada nilai-nilai yang tersembunyi di antara "kanan" dan "kiri"; sama seperti "atas" dan "bawah." Meski sama-sama menunjuk arah, kita akan berpendapat bahwa "kanan" dan "atas" lebih mulia dibanding "kiri" dan "bawah."
Rukun wudhu akan tetap ada enam, baik kita mengaji kepada kyai ataupun kepada bromocorah, hanya saja "nilai tersembunyi" yang diperoleh akan membuat lebih rajin berwudhu' bagi mereka yang mengaji kepada kyai, dibanding dengan mereka yang belajar kepada bromocorah.
Sehingga, dalam konteks ini, "hidup" sebagai determinasi (yang satu menyebabkan yang lain) dan akumulasi (yang satu melengkapi yang lain) mendapati legitimasi konkretnya.


Popular Posts

Blogroll

Blogger templates

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.

Cari Blog Ini

Find Us On Facebook

Featured Video

Featured Video

About

   
WhatsApp Dp

Pages - Menu

Popular Posts