Bisakah Mengingat Tuhan?
Bisakah Mengingat Tuhan?
Mengingat sesuatu yang berbentuk tidaklah sulit seperti mengingat
wanita cantik nan jelita, seputih abu, bodi seksi bak gitar gambus dari Turki.
Namun, bagaimana kita membayangkan sesuatu yang tak berbentuk dan tidak bisa diindra seperti ilmu, akal dan waktu, hingga
bermuara pada “bagaimana kita mengingat
Tuhan(?)”
Membuka wacana dengan menelaah kinerja akal, yang memiliki daya imajinasi
(mengabstraksikan hal yang materi) berfungsi untuk membayangkan, daya konsepsi
(menangkap realitas non-materi) berfungsi untuk memahami. Begitupun
dengan cinta yang tidak bisa diimajinasikan hanya bisa dipahami. Selaras dengan
imajinasi yang berasal dari kata image yakni gambar, oleh karenanya
cinta tidak bisa digambarkan namun hanya bisa dipahami dan dirasakan.
Jika demikian, bagaimana dengan mengingat
Tuhan?
Disebutkan dalam sebuah hadits,
من عرف
نفسه فقد عرف ربه
“Barang
siapa yang mengenali dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Dengan cara merenungi segala kelemahan,
kita akan menemukan Kekuatan Eksternal yang mengatur dan berkuasa pada diri
kita, yaitu Tuhan. Demikian,
kita bisa mengingat Tuhan dalam refleksi dan pikiran filosofis.
Diperkuat dengan dawuhnya imam Ghazali,
كل الاشياء تستبان بأضدادها
“Segala
sesuatu akan menjadi jelas dengan kebalikannya.”
Apakah yang jelas pada siang hari? Tak jarang
kita akan menjawab sesuatu yang kita indera seperti tembok, manusia dan sederet
materi di sekitarnya. Padahal semua yang kita anggap jelas di siang hari akan
tersapu ditutupi malam. Dari sini kita akan mengerti bahwa kejelasan yang
paling hakiki adalah secercah cahaya yang terlupakan. Karena hanya dengannya,
segala yang ada menjadi tampak. Kapan kita sadari hal ini? Tentu ketika gulita
menyapa. “Sesuatu itu akan berharga ketika ia pernah tiada.”
Jauh daripada itu, kita tidak berhenti pada pemahaman namun melanjutkan ke
relung-relung rasa yang paling
dalam, dengan menyatukan segala konsepsi (pemahaman) hingga kita melebur bersama cinta dan kasih-Nya.
“Dan ketika mengingat Allah hati mereka bergetar”. Begitulah kira-kira senandung al-Quran.