Ketika Katak Bertasbih
Oleh: Heri Zanqy.
Tatkala Bruno sedang berdoa pada suatu malam yang hening, ia terusik oleh ruak seekor katak bangkong. Segala upayanya untuk tidak mengubris suara itu gagal sehingga ia berseru dari jendelanya, "Diam, Bangkong! Aku sedang berdoa!", Nah, Rahib Bruno ini adalah suciwan, sehingga perintahnya seketika dipatuhi. Setiap mahluk hidup menahan suaranya supaya menciptakan kesunyian yang mendukung bagi doa. Namun sekarang suara lain menyela doa Bruno, suara dari dalam yang mengatakan, "Mungkin Tuhan sama senangnya dengan ruak katak itu sama halnya dengan dengan lantunan Mazmurmu." lalu Bruno menyela dengan kesal "Apa yang bisa menyenangkan telinga Tuhan dalam ruakan katak?” Namun suara itu menolak menyerah, "Mengapa kamu pikir Tuhan menciptakan suara itu?"
Bruno memutuskan untuk mencari tahu. Ia mencondongkan badan keluar jendela dan memerintah, "Menyanyilah!" Ruak katak yang terukur itu memenuhi udara disertai iringan sumbang suara semua katak di sekitar sana. Dan tak kala Bruno memperhatikan bunyi itu, suara mereka tidak sumbang lagi karena ia menemukan bahwa jika ia berhenti menolaknya, sesungguhnya memperkaya keheningan malam. Dengan penemuan itu hati Bruno menjadi selaras dengan semesta, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia paham apakah yang dimaksud berdoa.
***
Sufyan As Tsauri berkata, "Sesungguhnya tiada sesuatu pun yang paling banyak berdzikir kepada Allah daripada katak "
Dalam kitab Al-Kamil dari Ikrimah dari Ibnu Abbas RA, "Sesungguhnya katak melemparkan dirinya kedalam api karena takut kepada Allah Taala, maka Allah memberikan pahala kepadanya berupa dinginnya air dan Allah juga menjadikan suaranya sebagai tasbih."
Dalam kitab Az-Zahir karya Al Qurtuby, sesungguhnya Nabi Dawud AS berkata, "Pasti aku akan membaca tasbih kepada Allah dengan bacaan tasbih yang belum pernah di baca oleh seorang pun dari makhluk-Nya"
Kemudian ada seekor katak memanggilnya dari kolam yang ada dalam rumah Dawud, "Wahai Dawud, engkau membanggakan bacaan tasbihmu kepada Allah Azza Wajalla, sedangkan aku sejak 70 tahun lisanku tidak pernah kering dari dzikir kepada Allah, dan sesungguhnya aku mempunyai sepuluh keluarga, tidaklah aku memberikan makan hijau-hijauan dan tidaklah aku memberikan minum air kecuali dengan membaca dua kalimat"
"Kalimat apakah ?" tanya Daud.
Katak berkata, "Yaa musabbahan bikulli lisan, wa madzkuron bikulli makan"(Wahai dzat yang disucikan dengan segala bahasa dan disebut dalam semua tempat).
Kemudian Nabi Daud berkata, "Rasanya aku tidak bisa mengucapkan yang lebih fasih daripada ini!"
Dalam kitab Syu'abul Iman karya Al-Baihaqy dari Anas RA, Sesungguhnya Nabi Dawud AS menyangka pada dirinya sendiri bahwa seseorang tidak mungkin bisa memuji Kholiqnya dengan pujian yang lebih utama daripada pujiannya. Kemudian Allah mengutus malaikat kepada nabi Dawud dan saat itu beliau sedang duduk di mihrabnya dengan sebuah kolam di samping mihrab tersebut.
Malaikat berkata, "Wahai Dawud, pahamilah apa yang disuarakan oleh katak"
Kemudian Nabi Dawud mendengarkan suaranya katak, ternyata katak tersebut berucap, "Subhana wabihamdika, muntaha ilmika"
Malaikat berkata, "Bagaimana pendapatmu, wahai Dawud "
Nabi Dawud berkata, "Demi Dzat yang menjadikanku sebagai Nabi, sesungguhnya aku belum memuji-Nya seperti itu "
Dari Anas RA, "Janganlah kalian membunuh katak, karena sesungguhnya dia melewati api yang membakar Nabi Ibrahim AS, kemudian dia membawakan air di dalam mulutnya dan menyiramkannya pada api."
***
Keseragaman bisa mendatangkan kebosanan, tapi harmoni selalu diwarnai dengan perbedaan yang beriring rapi. Jauh dari pada itu kesalehan personal tiadaklah berarti tanpa kesalehan sosial.